Rabu, 16 September 2009

mudik???

Mudik adalah kegiatan perantau/ pekerja migran untuk kembali ke kampung halamannya. Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan misalnya menjelang Lebaran. Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan, selain tentunya juga sowan dengan orang tua. Tradisi mudik hanya ada di Indonesia.[rujukan?]


Beban yang paling berat yang dihadapi dalam mudik adalah penyediaan sistem transportasinya karena secara bersamaan jumlah masyarakat menggunakan angkutan umum atau kendaraan melalui jaringan jalan yang ada sehingga sering mengakibatkan penumpang/pemakai perjalanan menghadapi kemacetan, penundaan perjalanan
Entah sampai kapan aku menahan ini semua. aku merasakan sesuatu yang berbeda. kisah kehidupanku yang sedang berliku, seperti ular tangga yang tak tahu arah. sebelumnya aku membayangkan bahwa di bulan iini kehidupanku mengasyikan tpi ternyata bayangan itupun lbur dan terabalik 180 derajat.
@@@@
Pelajarn berlangsung di kelas. waktu demi waktu kami habiskan di kelas demi belajr menuntut ilmu,demi kehidupan mendatang. Cita-cita penuh berhasyrat masih tersimpan dalam benak kami. Yah, walaupun cita-cita yang tiba-tiba terganjal ,akibat takdir yang telah ditentukan-Nya. Cukup sedih sih?,tapi itu semua dapat kita atasi. XI IPS 2 SMA,itulah kelas kami. Kata orang-orang kelas IPS itu buangan. eits... jangan salah IPS itu sngkatan ikatan pengusaha sukses ha..ha..ha.
"tet...tet..tet.."
bel istirahatpun berbunyi nyaring. Waktunya kami membuang rasa penat yg berda di otak ini. Hem...salah satunya ngaterin temen kami yang paling hobi "makan". Ini dia temen kami yang paling beda di antara kami. Ya nggak mslh makan klspun kami beda. Maklumlah otak jenius dan ank IPA. Shuuuuts jangan d bilangn, klo d blnganin GR nya mnta ampun...........
Waktu ters berjalan dengan cepat layaknya malam berganti hari dengan pagi. Kami selalu bersama. Kapanpun dan dimana saja.
@@@@
Aku selau berfikr bahwa semua yg aku lakukan ini adalh sosok prilaku kehidupanku yang nyata. Nyata pda diriku sendiri. Menjalankan pesan dari org tuaku. Kadang kala aku bertanya dalam diriku sendiri. Mengapa orang susah untuk menghargai apa saja yang berada di dalam diri seseorang. Tidakkah merka mengrti perasaan adalah hal paling prtama yg prlu di perhatikan?. Itulah sesuatu yang membuat diriku penasaran. Aku ingin menemukan jawaban ini Kadang kalanya orang bercanda,lelucon yg telah di mainkannya. Membuat orang tertawa renyah. Hingga suatu masalah yang telah ditimpapun seakan-akan hilang. Terlupakan dan terbuang dari pkiran.
@@@@
Mimpi-mimpi indah terus kami simpan. Menjdi yang terbaik adlah idaman tiap manusia. Menjadi terbaik diantara yang paling baik. Itulah motivasi untuk menjadi orang terbaik. Kami slalu berangan-angan memikirkan masa depan. Sekiranya masa depan yang kami raih telah menyambut kami. Tpai sayang kami masih dalam proses belajar.
"Aduh...bisa nggak ya jdi Farm Engineer?"
"Bisa-bisa aja?"
"Tapikan aku di IPS..."
"Ye!,nggak psti IPA kali.. Asal ada kemauan aja!. Makanya belajar dong....?"
"Kalau aku sih jadi psikolog!"
"Wah...mau nyembuhin orang gila?" ceplos salah stu temanku. Sekilas semuanya tetawa renyah.Inilah cita-cita yang ingin kami raih. Masa depan yang selalu di nanti-nanti
@@@@
Sampai kapanpun aku tidak ingin meninggalkan ini semua. Berusaha menjadi diri sendiri. Menyikapi sesuatuyang telah terjadi. Penyesalan itu pasti ada,yang membuatku lunglai. Tak bisa bernafas dalam kebahagiaan. Adanya aku tertahan oleh rasa sesak di dalam hatiku. Tapi aku tak bisa memiliki egoku ini. Aku masih merasakan tanggapan dari orang-orang yang berada di sekitarku. Yang menurtku lebih penting dari pada urusan egoku.
@@@@
Titian langkah kami terus berjalan. Mengikuti urusan waktu yang bergulir. Menjamak setiap tempat dan merasakan kenikmatan dalam tempat yang kami huni ini. Hingga rasa perih terkubur dan tercampur dengan rasa sakit, sakit yang sangat mendalm buat kami. Hingga malam yang dinanti-nanti oleh teman-teman kami datang. Wajah seloreh raut muka masam membias di muka kami.
"Sudah..sudah.. kesempatan bukan hanya di sini saja. Pasti kita bisa meraih kesempatan yang lebih"
"Iya benar!. Mungkn ini jalan-Nyadan terbaik untuk kita"
"Kan kita sehati!!!!"
"Iya benar!,kita sehati..."
Kkami mencoba untuk menggrakan diri. Ingin rasanya kami membaur oleh orang-orang yang kni lebih beruntung dari pada kami. Tpi ini semua telah di tentukan-Nya. Apalah guna bila tangan ini tak dapat meraihnya. Dna kami hanya termenung dan mentap kesenangan yang maya.
@@@@
Aku tahu ini adalah guncangan besar bagiku serta teman-temanku. Tapi apakah aku ini tidak berguna untuk orang lain?> Hingga aku tak bisa menaruh perhatian yang lebih terhadap teman-temanku. Merasakan apa yang mereka rasa. Bila rasa pahit yang merka rasa, maka aku ingin merasakan rasa pahit itu juga yang aku rasa. Bila rasa asam itu yang mreka rasa, maka aku ingin merasakan asam itu juga. Batinku berkata.
"Kuatkanlah sgala ancaman dan marabahaya yang terjadi dalam diriku serta teman-temanku. Bla aku dapat dan sanggup, maka bebankanah rasa yang melara di batin temanku untukku. Sehingga mereka dapat menghiasi kehidupan dengan penuh warna".
@@@@
Sudah cukup menahan lara di hati,yang terus membanjir di diri kami. Biarlah ini semua sebagai kenangan,yang dapat kami simpan dalam memori kami semua. Biarlah waktu ni bergulir sebagaiman mestinya. Lama-lama kami merasakan asrti sebuah kebersamaan. Bersama-sama membaagi ras dalam diri kami. Hri-hari terakhir ini kami dapat meluapkan sesuatu yang membuat kami terhibur. Melupakan semua masalah yang telah menimpa di otak kami. Anehnya masih ada orang-orang di sekitsr kami yang selalu menggunjing pada diri kami. Apakah semua yang kami lakukan ini salah?, Apakah kami tak pantas untuk mendapatkan kegembiraan dan kesenangan?. Dan apakah mereka mau merasakan apa yang kami rasa?. Aku yakin tak serangpun mau peduli pada diri kami,walaupun itu ada. Merekadapat berucap dan tak dapat bertindak.
"Coba bilang jangan...jangan.."
"?"
"Idih!, mulai deh nggak jebonya?"
"Bodoh!. Itu kepala tau?"
"Ha..ha..ha.."
@@@@
Ingin rasanya aku memberhentikan waktu, tak bergerak dan tak berdaya. Semua orang yang ada di bumi diam seketika. Tapi semua tidak mungkin. Inilah dunia yang harus ku lalui dengan rasa sabar. Aku takkan bertahan bila saja aku terbangun sendiri melihat fajar dan melakukan sgala aktifitasku. Dan pastinya aku akan rapuh hingga kering kerontang lalu menjadi abu dan terbawa angin lalu menghilang. Tidak!!!, aku tak ingin semua ini terjadi padaku tuk selamnya. Aku harus bangkit dan memberikan perlindungan kepada teman-temanku. Biarlah aku sebagai sandaran, dengan begitu aku dapat menjadi sosok orang tegar, walau itu belum terbentuk dalam diriku....
-the end-

for all my best friend...
you always in my heart
this is my promise!!!

STORY

Aku putuskan dengan mantap bahwa aku harus pergi meninggalkan rumah yang ku huni ini. Berpetualangan di alam bebas menikmati indahnya alam di luar sana. Aku tahu, bahwa meninggalkan rumah adalah keputusan seorang gadis seperti aku adalah konyol. Bisa di katakan ceroboh. Tapi apakah aku sanggup bertahan untuk menjalani hidupku hanya di rumah. Bosan!, itulah yang aku alami sekarang. Maafkaan aku, inilah niat yang ingin ku tempuh. Selamat tinggal semua tanpa aku kalian dapat lebih leluasa menjalani hidup kalian. Tak ada lagi perawatan khusus untukku. Dan tak ada lagi yang dapat merepotkan kalian. Selamat tinggal ayah,ibu,dan kau abangku
. ………………………
Udara malam ini sungguh menusuk paru-paruku. Menelusuri jalan sepi dan bercahaya oleh sorotan lampu pinggir jalanan. Tak ada seorangpun berjalan dan berkeliaran jalan sekitar sini. Kuharap tak ada sesuatu yang terjadi. Mataku sembab, oleh tangisan yang aku keluarkan. Tidak boleh!, ini adalah keputusanku. Resiko yang perlu di hadapi adalah tanggunganku sendiri bukan orang lain. Aku tak boleh lemah. Ayo bangkit Nisa, pasti kamu bisa!. Ya, aku harus bangkit inilah aku. Aku harus mencari tempat untuk berteduh. Tak mungkin aku berjalan hingga fajar terlihat. Di sudut sana ramai perkotaan. Akhirnya aku berjalan sudah cukup jauh dan menemukan sudut antara perumahan dan jalan raya. Ternyata jalan ini ramai banyak kios-kios berada di pinggiran jalan. Ku lalui dan terus berjalan. Aku juga tak tahu mau kemana aku berjalan. Biarkan saja langkah ini yang menentukan. Suara-suara kendaraan masih meramaikan jalanan ini. Aku melihat banyak sekali gelandangan yang tertidur di pinggiran kios-kios, beralas kerdus dan tidur tanpa adanya bantal maupun guling. Oh ya?, apa aku tidur di sini saja. Ide yang bagus, tak apalah yang penting aku dapat beristirahat dan memikirkan kemana aku akan menghentakan langkah selanjutnya. Aku letakan tas ranselku, biarkan tas ini sebagai bantal untukku. Kulihat sekelilingku akupun tersenyum kecil dan mengatakan selamat malam semua…..
…………………………..
“ Mbak..mbak..mbak,bangun mbak…”
Sepertinya hari sudah menjelang pagi. Aku terbangun karena seseorang telah membangunkanku .
“Huh,kenapa mbak membangunkan saya?”
“Harusnya saya yang tanya, kenapa mbak tidur di depan kios saya?”
Aku baru ingat kalau aku sedang berada di dunia luar.
“Maaf mbak…maaf…”
“Sudah sana pergi!. Lain kali gelandangan tidurnya di pinggir jembatan. Bukan di depan kios saya?”
Gelandangan?. Apakah aku sama seperti gelandangan di sedia kalanya?. Sehinakkah gelandangan itu, meski mereka sama-sama manusia. Tak punya sedikit perasaan manusiawi. Baru saja punya kios sudah sombong, seenaknya ngusir orang. Sudahlah aku tak mau berdebat lagi. Pagi menyambutku sedangkan aku tak tahu mau kemana. Aku hanya punya kunci utamanya yaitu langkah kaki. Biarkan langkah kaki ini berpijak dimana kaki ini harus berjalan. Para pedagang pinggiran mulai melakukan pekerjaannya yaitu jual beli. Perutku yang mulai berteriak-teriak menginginkan untuk diisi. Ku rogohkan tanganku di saku celanaku. Yah hanya ada lima ribu. Aku lupa kalau aku tidak membawa uang sepeserpun. Uang lima ribu ini sisa kemarin di rumah. Takpapa aku belikan makanan seadanya untuk menghentikan teriakan perutku.
“bakpaou….bakpaou..ayo beli..beli…,ada rasa kacang,stroberi dan coklat”
Hah?,apa aku belikan itu saja. Lumayan, dan pasti masih hangat.
“Pak beli pak…”
“Bakpaou neng, Mau rasa apa?”
“Yang kacang aja deh pak. Bakpaounya masih hangatkan pak?”
“Ya masihlah neng…,pagi-pagi enakanya anget-anget. Ini neng”
“Ni pak uangnya makasih…”
Huh,akhirnya aku bisa makan dan menghentikan teriakan perutku ini. Hemm lezat. Seumur-umur aku tak pernah makan makanan seperti ini. Pasti orang-orang serumah akan memarahiku. Tapi sekarang aku bebas, bebas melakukan semuanya
. “ "Hug..hurgs..hurgs…”
Batukku mulai kambuh
“Hug..hug..hurgszz…”
Bertahan Nisa.. Kamu bisa kamu pasti bisa menahannya. Kuputuskan untuk tetap berjalan terus dan menelan makanan ini sampai habis. Yakinlah kalau ini bukan saatnya. Bukan..bukan…bukan…
……………………………..
Udara semakin panas dan keramaiaan kota makin gempar. Asap kendaraan yang menimbulkan polusi ini semakin kelayapan kemana-mana. Global warming, gimana nggak?. Coba aja kendaraan ini pakeknya sepeda pasti lapisan ozon bumi nggak bakalan protes terus…Dan manusia nggak bakalan ngomel-ngomel gara-gara kepanasan. Ku sebrangi jalanan ini melewati kendaraan yang ada. Banyak pengamen-pengamen jalanan. Mereka anak-anak kecil yang tak bersekolah merelakan hidupnya hanya untuk mencari uang. Sebegitu besarnya jiwa mereka mencari uang demi makan serta hidup bersama orang-orang yang mereka sayangi. Tunggu!, anak kecil itu. Aku tak menyangka kalau mereka akan melakukan hal seburuk itu. Mencopet, bukannya itu hak orang lain dan mereka mengambil sebagaimana bukan haknya.
“Pak awas pak itu copet!!!!!”
“Ampun pak..ampun..ampun…”
“Kamu?, kecil-kecil udah jadi pencopet. Gimana besok gedenya,heh?”
“Ampun..pak…ampun..jangan laporin saya kepolisi pak. Kasian ibu saya pak sedang sakit. Saya anak Yatim pak,ampun..pak..ampun…”
Kenapa?,kenapa anak itu harus mencopet. Tidak adakah jalan yang bagus untuk menghasilkan uang.
“Ya sudah sana pergi!. Lain kali jangan lakukan lagi hal ini..”
“Iya pak makasih..makasih..”
Aku penasaran dengan anak itu. Ku kejar anak itu.
“Hei kamu!. Berhenti… Woi…”
Gila cepet banget larinya. Kenapa anak itu lari kebirit-birit kayak gitu. Kan aku nggak hantu ataupun kuntilanak. Sumpah aku nggak kuat.
“Woi berhenti…Aku nggak mau ngapa-ngapain kok…Udah dong berhenti larinya”
“Kakak mau ngapain??”
“Huh, akhirnya kamu berhenti juga. Huh..heuh…hueh.. larimu cepet juga ya?. Udah nggak usah takut ama kakak”
“Emangnya kakak mau ngapain?”
“Aku….”
Tiba-tiba seorang gadis kecil berjilbab putih berlari menghampiri anak kecil itu.
“ Kak.. ibu kak.. ibu.. kambuh..”
“Apa?. Ayo dik cepetan temui ibu..”
Nggak nyangka ternyata dia adalah adik anak itu. Aku cepat mengikuti mereka. Sungguh apakah ini rumah mereka?. Ini seperti gubuh kecil yang tak layak untuk tempat tinggal. Bagaimana kalau sedang hujan ataupun badai. Aku tak pernah membayangkan bahwa hal ini masih ada yang terjadi. Walupun zaman sudah modern seperti ini.
“ Ibu…ibu… ibu kenapa?”
“Aa..adddam… darimana kamu nak?. Kamu nggak lagi nyopetkan?”
“Maafkan adam bu…”
“Bukannya kamu sudah berjanji dengan ibu. Biarkan ibu jatuh sakit dan meninggal dari pada. Ibu menerima uang haram yang kau curi itu!”
“Ibu.. maafkan adam bu?. Adam nggak berniat untuk mencuri. Niat adam ingin ibu sembuh…”
“Buat apa ibu sembuh. Buat apa nak?. Kalau kau masih menggunakan uang haram itu. Buat apa?”
“Hu..hu..hu ..ibu…”
“ Mila.. anakku..”
“A…dam…, bila ibu sudah tidak ada bersama kalian. Ibu mohon nak jagalah adikmu Mila. Dan pergilah kalian di panti asuhan jangan kalian sampai berpisah. Karena kalianlah yang dapat menuntun ibu dan almarhum bapak ke negri akhirat. Jadilah anak sholeh dan sholehah. Tinggalkanlah sesuatu yang buruk. Bersihkan hatimu ya nak, terutama kamu Adam…”
“Ibu.. ku mohon ibu bertahan… Adam.. adam ingin mencari uang demi menyembuhkan ibu…”
“ Sudahlah nak jangan memaksa. Mungkin ini sudah takdir. Iiii..iibu pergi dulu nak hati-hati kalian n..nak..”
“IBU..IBU………..”
Aku merasakan ini adalah sebuah mimpi yang nyata. Tak bisa ku bendung air mataku ini. Kehidupan mereka terbalik dari kehidupanku. Aku ingat dengan orang-orang yang berada di rumah. Begitu kerasnya hidup di dunia bebas seperti ini. Menanggung semua hal sebagai beban kehidupan. Akankah aku seperti ibu Adam. Apa yang aku harus lakukakan sekarang?. Menolong mereka untuk pergi ke panti. Ya Rabbi.. ku kembalikan semua yang ada di hadapanku kepadamu. Engkau mengetahui sgala jalan bagi manusia yang telah menempuh-Nya. Akankah ini akan aku alami??. Aku siap untuk menerima takdirmu YA Rabbku.
…. ………………………
Setelah tragedi itu aku berusaha untuk membantu Adam dan Mila ke panti asuhan. Mungkin disana mereka dapat menghilangkan rasa pedih yang ada di hati mereka. Mereka berdua sungguh luar biasa. Tetap tegar dalam menghadapi sgala masalah yang telah ditimpanya. Aku bantu mreka membereskan semua baju-bajunya dan meninggalkan gubug tua mereka. Aku ingat saat aku meninggalkan rumah begitu sakitnya dan berfikir akan menemukan kehidupan yang berbeda dan merasakan hidup yang bebas. Tapi apakah mereka beranggapan seperti aku ini?. Dalam perjalanan aku menanyakan kepada Mila. Begitukah agama mereka kuat sehingga gadis itu mananyakan jilbab sebagai sandaran hidupnya.
“Kakak sudah balig?”
“Balig?. Apa itu barang?”
“Kakak ini ada-ada aja”
“Kok Adam ketawa, Kan kakak nggak tau?”
“Balig itu apabila seseorang sudah berada waktu usia, yang dimana sesorang sudah wajib untuk beribadah. Biasanya wanita setelah menstruasi”
“O..gitu. Kakak berarti sudah balig kalau kayak gitu!. Trus apa hubunganya?”
“Begini kak. Wajib bagi kita setiap umat islam untuk beribadah. Nah beribadah ini bukan untuk sholat saja tapi menutup aurat juga. Itu adalah kewajiban untuk wanita. Rambut adalah perhiasan bagi wanita dan seharusnya kita sebagai wanita harus menjaganya jangan sampai rambut kita di perlihatkan oleh orang-orang yang bukan muhrimnya.”
“ Oh begitu…..”
“Trus kakak mau pakai jilbab, seperti Mila”
“ Kakak nggak punya jilbab Adam…”
“Kakak bisa pinjem punya Mila dulu. Mila punya banyak”
“Boleh-boleh”
“Ini kak Mila pakaiin sekalian”
Inikah aku yang tak tahu ilmu agama. Begitu malunya dengan anak ini. Mereka berdua sungguh orang yang di cita-citakan oleh ibu mereka. Sungguh beruntung mempunyai anak seperti Adam dan Mila. Aku merasakan jauh lebih baik dari pada suasana hidupku. Aku lega dan aku menikmati suatu kedamaiian yang tak pernah ku dapati. Inikah petualanganku.
“Hug…hugsz..hugszz”
“Kak..kak Nisa nggak papakan?”
“Nggak papa kok hanya batuk biasa”
“Hug..hug..hugszzzz!!!” Berdarah…apa penyakitku kambuh..Mengapa aku begitu lemah. Tidak!, aku tak ingin mereka tahu hal ini. Bertahan..bertahan Nisa. …………………………………….
Akhirnya aku dapat mengantarkan Adam dan Mila ke dalam lingkungan yang lebih baik. Ternyata nasib anak-anak disini sama seperti Adam dan Mila, bahkan lebih pedih. Aku tahu sekarang rahasia sang pencipta. Dan aku tahu sekarang bahwa aku hidup unutk karena-Nya bukan untuk kedua orang tuaku ataupun sanak keluargaku. Aku akan tetap bertahan dalam kondisiku sekarang sebelum aku ingin meminta maaf kepada semua keluargaku dan Hijrah ke alam akhirat. Aku memutuskan untuk hidup bersama meraka di sini. Ya, panti asuhan. Dan apabila keluargaku tahu pasti mereka memahami apa yang aku maksud. Hidup untuk-Nya dan berbagi untuk orang lain…